MAKALAH
SAMPLING
AUDIT
Makalah
Ini disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Mata Kuliah Pemeriksaan Akuntansi I Yang
Di Ampu Oleh Bpk. Nanang Agus Suyono, S.E
Disusun
oleh :
Yasin
( 5010033)
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWATENGAH
DI WONOSOBO
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Dalam materi
pemerikasaan akuntansi ini, setelah materi pengujian pengendalian dan pengujian
substantive adalah materi sampling audit. Setelah auditor memutuskan prosedur
pengujian yang dipilih, auditor perlu menentukan jumlah item yang tepat sebagai
sampel dari suatu populasi untuk pengujian tersebut. Disamping itu, auditor
harus menentukan bagian populasi mana yang dipilih sebagai sampel.
Auditor melakukan
pemilihan sampel dengan maksud untuk memperoleh sampel yang representative.
Sampel yang representative adalah sampel yang mempunyai karakteristik populasi.
Sebagai contoh auditor menemukan 2% kesalahan atas faktur penjualan , seandainya ia melakukan
inspeksi atas seluruh faktur penjualan. Misalkan, auditor ada 100 buah jumlah
faktur penjualan sebagai sampel dari suatu populasi. Sampel tersebut dapat
dikatakan sebagai sampel yang representative apabila auditor menemukan dua buah
faktur yang mengandung kesalahan.
Disamping itu sampel
harus mengandung stabilitas. Yang dimaksud disini adalah apabila jumlah sampel
ditambah atau dikurangi maka hasilnya harus sama dan tidak berubah.
Pada kenyataanya,
auditor tidak dapat mengetahui apakah sampel yang diambil kerupakan sampel yang
representative, meskipun ia telah selesai melaksanakan seluruh pengujian.
Auditor maksimal hanya dapat meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi
mendekati kualitas sampel yang representative. Hal tersebut dapat dilaksanakan
auditor dengan cara merancang dan melakukan seleksi sampel, dan mengevaluasi
hasil sampel secara cermat dan teliti.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa definisi sampling dan tujuan
sampling?
2.
Apa yang dimaksud ketidak pastian dan
sampling audit?
3.
Apa yang dimaksud risiko sampling dan
apa saja yag termasuk risiko sampling?
4.
Apa saja yang dimaksud pendekatan
sampling audit?
5.
Apa yang dimaksud dengan :
a. Sampling
dalam pengujian substantive
b. Variable
sampling
c. Sampling
dalam pengujian pengendalian
d. Atribut
sampling
e. Sampel
dengan tujuan ganda
BAB
II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI DAN TUJUAN SAMPLING AUDIT
Ikatan Akuntansi Indonesia melalui Standar Profesional Akuntan
Publik Seksi 350 mendefinisikan sampling audit sebagai :
“penerapan
prosedur audit terhadap unsure-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi
yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.”
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian
pengendalian maupun pengujian substantive. Meskipun demikian, auditor biasanya
tidak menerapkan sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan
pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit
banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi.
Sampling audit, jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti
audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang
ketiga.
B. KETIDAKPASTIAN DAN SAMPLING AUDIT
Semakin banyak sampel yang diambil, semakin banyak waktu dan
biaya yang diperlukan. Auditor juga mengakui adanya konsekuensi negative dari
kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan
hasil audit terhadap data sampel semata. Apabila auditor ingin mengurangi
kemungkinan kesalahan keputusan tersebut, auditor harus menambah jumlah sampel.
Hal ini mengakibatkan peningkatan biaya dan waktu yang diperlukan. Sebaliknya,
apabila auditor ingin mengurangi biaya
dan waktu untuk melakukan pemeriksaan, maka auditor harus mengurangi jumlah
sampel. Hal ini akan memperbesar kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan
yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit terhadap data sampel tersebut.
Ketidakpastian meliputi
:
a.
Ketidakpastian yang disebabkan langsung
oleh penggunaan sampling (resiko sampling),
b.
Ketidakpastian yang disebabkan faktor
selain sampling (resiko non sampling).
1)
RISIKO
SAMPLING
Tingkat
risiko sampling mempunyai hubungan yang terbalik dengan ukuran sampel. Semakin
kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingnya. Sebaliknya, semakin
besar ukuran sampel, semakin rendah risiko samplingnya. Risiko sampling dapt
dibedakan atas :
a)
Risiko sampling dalam pengujian
substantive atas detail atau rincian.
Auditor memperhatikan
dua aspek penting dari risiko sampling, yang meliputi :
1.
Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance)
2.
Risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection)
b)
Risiko sampling dalam melaksanakan
pengujian pengendalian
Auditor memperhatikan
dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi :
1.
Risiko penentuan tingkat risiko
pengendalian yang terlalu rendah (risk of
assessing control risk too low)
2.
Risiko penentuan tingkat risiko
pengendalian yang terlalu tinggi (risk of
assessing control risk too high)
2)
RISIKO
NON SAMPLING
Risiko
non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan
sampling. Risiko ini tidak penah dapat diukur secara matematis. Risiko non
sampling timbul karena :
a.
Kesalahan manusia seperti gagal mengakui
kesalahan dalam dokumen.
b.
Kesalahan pemilihan maupun penerapan
prosedur audit yang tidak sesuai dengan tujuan audit.
c.
Salah interpretasi hasil sampel
C. PENDEKATAN SAMPLING AUDIT
Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar pekerjaan
lapangan ketiga menyatakan bahwa:
“bukti
audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih
auditor untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan
tersebut adalah :
1)
SAMPLING
STATISTIK
Sampling
statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada sampling non statistik. Namun,
tingginya biaya dapat dikompensasi dengan tingginya manfaat yang dapat diperoleh
melalui pelaksanaan sampling statistik. Sampling statistik menguntungkan
manajemen dalam tiga hal berikut :
a.
Perencanaan sampel yang efisien
b.
Pengukuran kecukupan bukti yang dihimpun
c. Pengevaluasian
hasil sampel
Disamping
itu, sampling statistik mendukung auditor untuk mengkuantufikasi dan
mengendalikan risiko sampling. Ada dua macam tehnik sampling statistik, yaitu :
a.
Attribute sampling
b.
Variables sampling
2)
SAMPLING
NON STATISTIK
Sampling
non statistik merupakan sampel yang dilakukan berdasarkan criteria subyektif.
Auditor dapat menentukan besarnya sampel yang diambil dalam sampling non
statistik, dengan melakukan pertimbangan subyektif berdasarkan pengalamanannya.
Pelaksaan evaluasi atas sampel juga dilakukan berdasar kriteria subyektif dan
pengalaman auditor yang bersangkutan.
D. SAMPLING DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIF
Standar Profesional
Akuntan Publik 350. Par 16 menyebutkan berbagai faktor yang harus
dipertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian substantive.
Faktor-faktor tersebut meliputi :
a. Hubungan
antara sampel dengan tujuan audit yang relevan yang harus dicapai.
b. Pertimbangan
pendahuluan atas tingkat tingkat materialitas.
c. Tingkat
risiko keliru menerima yang dapat diterima auditor.
d. Karakteristik
populasi.
Disamping
faktor tersebut diatas auditor harus cermat dalam mempertimbangkan pula hal-hal
berikut :
1. Pemilihan
sampel
2. Pelaksanaa
evaluasi atas hasil sampel
E. VARIABLE SAMPLING
Variable sampling tepat
untuk diterapkan auditor, antara lain pada :
a. Observasi
dan penilaian persediaan
b. Konfirmasi
piutang dagang
c. Cadangan
untuk piutang tak tertagih
d. Cadangan
persediaan yang rusak
e. Menilai
persediaan dalam proses
f. Menilai
aktiva tetap dalam public utility company
g. Penilaian
umur piutang
Ada
tiga tehnik yang dapat digunakan dalam variable sampling, yaitu :
1. Mean-per-unit
(MPU)
Langkah-langkah
dalam perencanaan estimasi MPU, meliputi :
a.
Menentukan tujuan rencana sampling
b.
Mendefinisikan kondisi kesalahan
c.
Mendefinisikan populasi dan unit
sampling
d.
Menentukan ukuran sampel
e.
Menentukan metode pemilihan sampel
f.
Melaksanakan rencana sampling
g.
Mengevaluasi hasil sampel
2.
Difference
estimation
Dalam
sampling estimasi perbedaan ini, perbedaan dihitung untuk setiap item sampel
yang sama dengan nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Auditor
kemudian menggunakan rata-rata perbedaan untuk menghimpun estimasi nilai
populasi total. Variabilitas perbedaan tersebut digunakan untuk menentukan (achieved precision) atau cadangan (allowance) yang dapat diterima oleh
risiko sampling.
Ada
empat hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan tehnik sampling ini, yaitu :
a.
Nilai buku setiap item populasi harus
dapat diketahui auditor
b.
Total nilai buku populasi harus
diketahui auditor
c.
Jumlah keseluruhan dari nilai buku item
populasi harus sama dengan total nilai buku populasi
d.
Harus ada perbedaan antara nilai audit
dan nilai buku yang dapat diharapkan
3. Sampling
Estimasi Rasio
Dalam
sampling ini, auditor menentukan nilai audit untuk setiap item sampel. Rasio
dihitung dengan menghitung hasil pembagian jumlah nilai audit dibagi jumlah
nilai buku item sampel. Rasio tersebut kemudian dikalikan dengan nilai buku
total untuk menghasilkan nilai populasi yang diestimasikan.
Sama
dengan estimasi perbedaan, ada empat hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan
tehnik sampling ini.
F. SAMPLING DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN
Standar Profesional Akuntan Publik 350 par 31 menyebutkan
faktor-faktor yang haru7s di pertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel
atas pengujian pengendalian. Seperti telah dikemukakan, bahwa dalam
menyelenggarakan pengujian pengendalian, auditor memberiakn dua aspek penting
dalam risiko sampling, yang meliputi risiko penentuan tingkat risiko
pengendalian yang terlalu rendah (risk of
assessing control risk to low) dan risiko penentuan tingkat risiko
pengendalian yang terlalu tinggi (risk of
assessing control risk too high).
G. ATTRIBUTE SAMPLING
Tehnik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaannya
adalah untuk memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian
yang ditentukan dalam populasi.
Sampling atribut untuk
pengujian pengendalian, meliputi tahap berikut :
1. Menentukan
tujuan pengujian audit
2. Menspesifikasi
atribut yang akan diperiksa dan kondisi penyimpangan
3. Mendefinisikan
populasi dan unit sampling
4. Menspesifikasikan
tingkat penyimpangan yang dapat diterima
5. Menspesifikasikan
risk of assessing control risk too low
yang dapat diterima atau acceptable risk
of over reliance
6. Mengestimasi
tingkat penyimpangan populasi
7. Menentukan
ukuran sampel
8. Menentukan
metode pemilihan sampel
9. Melaksanakan
prosedur audit
10. Mengevaluasi
hasil sampel
Tingkat penyimpangan yang dapat diterima
sering disebut dengan tolerable deviation
rate (TDR). TDR mencerminkan tingkat penyimpangan dalam populasi yang dapat
diterima auditor. TDR mempunyai pengaruh yang signifikan atas ukuran sampel.
TDR mempunyai hubungan terbalik dengan besar kecilnya sampel. Semakin rendah
TDR, semakin besar jumlah sampel yang diperlukan auditor.
Aceptable
risk of over reliance (ARO) merupakan risiko bahwa
auditor menilai suatu pengendalian berjalan efektif, padahal pada kenyataannya
tingkat deviasi populasi lebih tinggi daripada ARO. Auditor harus menggunakan
pertimbangan profesionalnya dalam pemilihan ARO yang tepat untuk situasi
tertentu. Besarnya ARO tergantung dengan keekstensifan rencana auditor untuk
mengurangi tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan. ARO dipengaruhi planned assessed level of control risk atau
tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan yang direncanakan, ARO mempunyai
hubungan searah dengan planned assessed
level of control risk.Semakin tinggi Planned assessed level of control risk,
semakin tinggi ARO.
Apabila penilaian aspek kuantitatif dan
kualitatif atas hasil sampel mendukung kesimpulan bahwa ada penyimpangan
pengendalian, maka auditor harus menggunakan pertimbangan profesional untuk
menentukan tindakan yang tepat. Jika auditor menyimpulkan bahwa hasil sampel
tidak mendukung tingkat risiko pengendallian yang direncanakan atas suatu
asersi, maka dia harus mennilai kembali sifat, waktu, dan luas prosedur
pengujian substantive.
Perlu dibedakan antara TDR dan ARO yang
dipilih auditor sebelum tes dilakukan, dengan UDL, dan ARO hasil perhitungan
secara obyektif berdasarkan sampel. TDR dan ARO yang dipilih auditor sebelum
tes dilakukan, merupakan TDR dan ARO standar. Sebelum populasi dapat diterima,
UPL harus lebih kecil atau sama dengan TDR. Apabila UDL harus lebih besar daripada
TDR, maka auditor dapat melakukan empat
alternative tindakan berikut :
1. Merevisi
TDR atau ARO. Langkah ini diambil apabila auditor berkesimpulan bahwa
spesifikasi sebelumnya terlalu konservatif.
2. Menambah
ukuran atau jumlah sampel. Apabila sampel ternyata tidak representative, maka
auditor dapat menambah sampel dan mengevaluasi kembali hasilnya. Peningkatan
jumlah sampel dan mengevaluasi kembali hasilnya. Peningkatan jumlah sampel akan
mengurangi UDL sehingga terjadi penuruna risiko sampling.
3. Menambah
prosedur pengujian substantive.
4. Memberitahu
manajemen mengenai masalah struktur pengendalian intern. Apabila auditor
menilai bahwa struktur pengendalian intern tidak berjalan secara efektif, maka
auditor perlu menginformasi hal inni kepada manajemen.
Ada
tiga cara yang dapat dilakukan untuk mengestimasi tingkat penyimpangan populasi
yang diharapkan, yang meliputi :
a. Tingkat
penyimpangan sampel yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya terhadap klien
yang sama, disesuaikan dengan mempertimbangkan perubahan efektivitas
pengendalian tahun berjalan.
b. Estimasi
yang dilakukan berdasarkan tingkat resiko yang ditentukan berdasarkan bukti efektifitas
operasi prosedur dan kebijakan pengendalian tahun berjalan.
c. Auditor
menghimpun sampel kecil terlebih dahulu, kemudian berdasarkan nilai audit item
sampel ini, auditor auditor mengestimasi standar deviasi populasi.
Dalam
melakukan evaluasi atas sampling atribut, auditor harus :
a. Menghitung
tingkat penyimpangan sampel
b. Menentukan
batas penyimpangan sampel
c. Menentukan
cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling
H.
SAMPEL
DENGAN TUJUAN GANDA
Auditor dalam situasi
tertentu, dapat merancang sampel yang memenuhi dua tujuan sekaligus, yaitu :
a. Menentukan
risiko pengendalian
b. Menguji
kebenaran jumlah moneter ransaksi yang dicatat
Untuk melakukan hal itu, auditor
biasanya telah membuat estimasi pendahuluan bahwa terdapat tingkat risiko yang
rendah bahwa penyimpangan dari procedure atau kebijakan struktur pengendalian
intern yang ditetapkan dalam populasi, akan melebihi tingkat penyimpangan yang
dapat diterima.
Ukuran sampel yang dirancang harus
merupakan yang terbesar diantara ukuran-ukuran sampel yang dirancang untuk
masing-masing tujuab terpisah. Penilaian untuk setiap tujuan harus dilakukan
secara terpisah dengan menggunakan tingkat risiko yang sesuai untuk
masing-masing tujuan pengujian.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
Sampling audit adalah penerapan prosedur
audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang
dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo
akun atau kelompok transaksi tersebut.Dilakukanya sampling audit adalah agar
sampel yang diperoleh representatif, yakni sampel yang mempunyai karakteristik
yang sama dengan populasi. Sampel haruslah mengandung stabilitas yang berarti
apabila jumlah sampel ditambah hasilnya tidak berubah.
Sampling audit berkaitan erat dengan
ketidakpastian. Auditor menerima ketidakpastian atas dasar adanya hubungan
antara faktor-faktor biaya dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakaan
pemeriksaan atas semua data, dengan konsekuensi negative akibat kesalahan
keputusan yang didasarkan atas kesimpulan yang dihasilka dari audit terhadap
data sampel semata. Ketidakpastian meliputi ketidakpastian yang disebabkan
langsung oleh penggunaan sampling (risiko sampling), dan ketidakpastian yang
disebabakan faktor lain selain sampling (risiko non sampling).
Risiko sampling berkaitan dengan
kemungkinan bahwa sampel yang diambil bukanlah sampel yang representative.
Risiko ini dibedakan atas risiko sampling dalam pengujian substantif atas
detail. Dan risiko sampling dalam melaksanak pengujian pengendalian. Bila dalam
pengujian substantive risiko sampling meliputi risiko keleru menerima (risiko
beta), dan risiko keliru menolak (risiko alpha), maka dalam pengujian risiko
sampling meliputi risiko penentuan tingkat risiko pengendalian terlalu tinggi.
Risiko non sampling meliputi semua aspek
risiko audit yang tidak berkaitan dengan sampling. Risiko ini tidak akan pernah
di ukur secara matematis, karena timbul akibat hal-hal seperti kesalahan
manusia, salah interprestasi dan lain sebagainya.
Dalam sampling audit terdapat dua
pendekatan yaitu sampling statistik, dan sampling non statistik. Sampling
statistiklebih banyak biayanya daripada sampling non statistik, namun
manfaaatnya lebih tinggi daripada sampling non statistik. Ada dua teknik:
sampling statistik yakni attribute sampling dan variable sampling. Attribute
sampling digunakan untuk pengujian pengendalian, dan variable sampling
digunakan untuk pengujian substantive. Sampling non statistik merupakan
pengambilan sampel berdasarkan kriteria subyektif. Demikian pula evaluasinya
juga berdasarkan kriteria subyektif.
Variable sampling digunakan untuk
memperkirakan saldo akun dan mengusulkan penyesuaian saldo akun agar sesuai
dengan hasil estimasi statistik. Ada tiga tehnik dalam variable sampling yakni
mean per unit, different estimation, dan sampling estimasi rasio. Attribute
sampling digunakan untuk memperkirakan tingkat deviasiatau penyimpangan dari
pengendalian yang ditentukan dalam populasi. Dalam merancang sampel dalam
keadaan tertentu auditor dapat merancang dua jenis tujuan sekaligus, yaitu
menentukan risiko pengendalian dan menguji kebenaran jumlah moneter transaksi
yang dicatat. Hal ini dikenal dengan istilah sampel dengan tujuan ganda.