Jumat, 31 Mei 2013

makalah sampling audit



MAKALAH
SAMPLING AUDIT
Makalah Ini disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Mata Kuliah Pemeriksaan Akuntansi I Yang Di Ampu Oleh Bpk. Nanang Agus Suyono, S.E



Disusun oleh :

Yasin ( 5010033)


FAKULTAS EKONOMI 
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWATENGAH DI WONOSOBO
2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Dalam materi pemerikasaan akuntansi ini, setelah materi pengujian pengendalian dan pengujian substantive adalah materi sampling audit. Setelah auditor memutuskan prosedur pengujian yang dipilih, auditor perlu menentukan jumlah item yang tepat sebagai sampel dari suatu populasi untuk pengujian tersebut. Disamping itu, auditor harus menentukan bagian populasi mana yang dipilih sebagai sampel.
Auditor melakukan pemilihan sampel dengan maksud untuk memperoleh sampel yang representative. Sampel yang representative adalah sampel yang mempunyai karakteristik populasi. Sebagai contoh auditor menemukan 2% kesalahan atas  faktur penjualan , seandainya ia melakukan inspeksi atas seluruh faktur penjualan. Misalkan, auditor ada 100 buah jumlah faktur penjualan sebagai sampel dari suatu populasi. Sampel tersebut dapat dikatakan sebagai sampel yang representative apabila auditor menemukan dua buah faktur yang mengandung kesalahan.
Disamping itu sampel harus mengandung stabilitas. Yang dimaksud disini adalah apabila jumlah sampel ditambah atau dikurangi maka hasilnya harus sama dan tidak berubah.
Pada kenyataanya, auditor tidak dapat mengetahui apakah sampel yang diambil kerupakan sampel yang representative, meskipun ia telah selesai melaksanakan seluruh pengujian. Auditor maksimal hanya dapat meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi mendekati kualitas sampel yang representative. Hal tersebut dapat dilaksanakan auditor dengan cara merancang dan melakukan seleksi sampel, dan mengevaluasi hasil sampel secara cermat dan teliti.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa definisi sampling dan tujuan sampling?
2.      Apa yang dimaksud ketidak pastian dan sampling audit?
3.      Apa yang dimaksud risiko sampling dan apa saja yag termasuk risiko sampling?
4.      Apa saja yang dimaksud pendekatan sampling audit?
5.      Apa yang dimaksud dengan :
a.       Sampling dalam pengujian substantive
b.      Variable sampling
c.       Sampling dalam pengujian pengendalian
d.      Atribut sampling
e.       Sampel dengan tujuan ganda


BAB II
PEMBAHASAN

A.    DEFINISI DAN TUJUAN SAMPLING AUDIT
      Ikatan Akuntansi Indonesia melalui Standar Profesional Akuntan Publik Seksi 350 mendefinisikan sampling audit sebagai :
“penerapan prosedur audit terhadap unsure-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.”
      Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian maupun pengujian substantive. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling audit, jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga.

B.     KETIDAKPASTIAN DAN SAMPLING AUDIT
      Semakin banyak sampel yang diambil, semakin banyak waktu dan biaya yang diperlukan. Auditor juga mengakui adanya konsekuensi negative dari kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit terhadap data sampel semata. Apabila auditor ingin mengurangi kemungkinan kesalahan keputusan tersebut, auditor harus menambah jumlah sampel. Hal ini mengakibatkan peningkatan biaya dan waktu yang diperlukan. Sebaliknya, apabila auditor  ingin mengurangi biaya dan waktu untuk melakukan pemeriksaan, maka auditor harus mengurangi jumlah sampel. Hal ini akan memperbesar kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit terhadap data sampel tersebut.
Ketidakpastian meliputi :
a.       Ketidakpastian yang disebabkan langsung oleh penggunaan sampling (resiko sampling),
b.      Ketidakpastian yang disebabkan faktor selain sampling (resiko non sampling).
1)      RISIKO SAMPLING
Tingkat risiko sampling mempunyai hubungan yang terbalik dengan ukuran sampel. Semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingnya. Sebaliknya, semakin besar ukuran sampel, semakin rendah risiko samplingnya. Risiko sampling dapt dibedakan atas :
a)      Risiko sampling dalam pengujian substantive atas detail atau rincian.
Auditor memperhatikan dua aspek penting dari risiko sampling, yang meliputi :
1.      Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance)
2.      Risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection)

b)      Risiko sampling dalam melaksanakan pengujian pengendalian
Auditor memperhatikan dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi :
1.      Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk too low)
2.      Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk too high)
2)      RISIKO NON SAMPLING
Risiko non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan sampling. Risiko ini tidak penah dapat diukur secara matematis. Risiko non sampling timbul karena :
a.       Kesalahan manusia seperti gagal mengakui kesalahan dalam dokumen.
b.      Kesalahan pemilihan maupun penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan tujuan audit.
c.       Salah interpretasi hasil sampel

C.    PENDEKATAN SAMPLING AUDIT
      Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar pekerjaan lapangan ketiga menyatakan bahwa:
“bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”
      Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah :
1)      SAMPLING STATISTIK
Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada sampling non statistik. Namun, tingginya biaya dapat dikompensasi dengan tingginya manfaat yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan sampling statistik. Sampling statistik menguntungkan manajemen dalam tiga hal berikut :
a.       Perencanaan sampel yang efisien
b.      Pengukuran kecukupan bukti yang dihimpun
c.       Pengevaluasian hasil sampel
Disamping itu, sampling statistik mendukung auditor untuk mengkuantufikasi dan mengendalikan risiko sampling. Ada dua macam tehnik sampling statistik, yaitu :
a.       Attribute sampling
b.      Variables sampling
2)      SAMPLING NON STATISTIK
Sampling non statistik merupakan sampel yang dilakukan berdasarkan criteria subyektif. Auditor dapat menentukan besarnya sampel yang diambil dalam sampling non statistik, dengan melakukan pertimbangan subyektif berdasarkan pengalamanannya. Pelaksaan evaluasi atas sampel juga dilakukan berdasar kriteria subyektif dan pengalaman auditor yang bersangkutan.

D.    SAMPLING DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIF
      Standar Profesional Akuntan Publik 350. Par 16 menyebutkan berbagai faktor yang harus dipertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian substantive. Faktor-faktor tersebut meliputi :
a.       Hubungan antara sampel dengan tujuan audit yang relevan yang harus dicapai.
b.      Pertimbangan pendahuluan atas tingkat tingkat materialitas.
c.       Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima auditor.
d.      Karakteristik populasi.
Disamping faktor tersebut diatas auditor harus cermat dalam mempertimbangkan pula hal-hal berikut :
1.      Pemilihan sampel
2.      Pelaksanaa evaluasi atas hasil sampel

E.  VARIABLE SAMPLING
Variable sampling tepat untuk diterapkan auditor, antara lain pada :
a.       Observasi dan penilaian persediaan
b.      Konfirmasi piutang dagang
c.       Cadangan untuk piutang tak tertagih
d.      Cadangan persediaan yang rusak
e.       Menilai persediaan dalam proses
f.       Menilai aktiva tetap dalam public utility company
g.      Penilaian umur piutang
Ada tiga tehnik yang dapat digunakan dalam variable sampling, yaitu :
1.      Mean-per-unit (MPU)
Langkah-langkah dalam perencanaan estimasi MPU, meliputi :
a.       Menentukan tujuan rencana sampling
b.      Mendefinisikan kondisi kesalahan
c.       Mendefinisikan populasi dan unit sampling
d.      Menentukan ukuran sampel
e.       Menentukan metode pemilihan sampel
f.       Melaksanakan rencana sampling
g.      Mengevaluasi hasil sampel
2.      Difference estimation
Dalam sampling estimasi perbedaan ini, perbedaan dihitung untuk setiap item sampel yang sama dengan nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Auditor kemudian menggunakan rata-rata perbedaan untuk menghimpun estimasi nilai populasi total. Variabilitas perbedaan tersebut digunakan untuk menentukan (achieved precision) atau cadangan (allowance) yang dapat diterima oleh risiko sampling.
Ada empat hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan tehnik sampling ini, yaitu :
a.       Nilai buku setiap item populasi harus dapat diketahui auditor
b.      Total nilai buku populasi harus diketahui auditor
c.       Jumlah keseluruhan dari nilai buku item populasi harus sama dengan total nilai buku populasi
d.      Harus ada perbedaan antara nilai audit dan nilai buku yang dapat diharapkan
3.      Sampling Estimasi Rasio
Dalam sampling ini, auditor menentukan nilai audit untuk setiap item sampel. Rasio dihitung dengan menghitung hasil pembagian jumlah nilai audit dibagi jumlah nilai buku item sampel. Rasio tersebut kemudian dikalikan dengan nilai buku total untuk menghasilkan nilai populasi yang diestimasikan.
Sama dengan estimasi perbedaan, ada empat hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan tehnik sampling ini.

F.     SAMPLING DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN
      Standar Profesional Akuntan Publik 350 par 31 menyebutkan faktor-faktor yang haru7s di pertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian pengendalian. Seperti telah dikemukakan, bahwa dalam menyelenggarakan pengujian pengendalian, auditor memberiakn dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk to low) dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk too high).
G.    ATTRIBUTE SAMPLING
      Tehnik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaannya adalah untuk memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam populasi.
Sampling atribut untuk pengujian pengendalian, meliputi tahap berikut :
1.      Menentukan tujuan pengujian audit
2.      Menspesifikasi atribut yang akan diperiksa dan kondisi penyimpangan
3.      Mendefinisikan populasi dan unit sampling
4.      Menspesifikasikan tingkat penyimpangan yang dapat diterima
5.      Menspesifikasikan risk of assessing control risk too low yang dapat diterima atau acceptable risk of over reliance
6.      Mengestimasi tingkat penyimpangan populasi
7.      Menentukan ukuran sampel
8.      Menentukan metode pemilihan sampel
9.      Melaksanakan prosedur audit
10.  Mengevaluasi hasil sampel
Tingkat penyimpangan yang dapat diterima sering disebut dengan tolerable deviation rate (TDR). TDR mencerminkan tingkat penyimpangan dalam populasi yang dapat diterima auditor. TDR mempunyai pengaruh yang signifikan atas ukuran sampel. TDR mempunyai hubungan terbalik dengan besar kecilnya sampel. Semakin rendah TDR, semakin besar jumlah sampel yang diperlukan auditor.
Aceptable risk of over reliance (ARO) merupakan risiko bahwa auditor menilai suatu pengendalian berjalan efektif, padahal pada kenyataannya tingkat deviasi populasi lebih tinggi daripada ARO. Auditor harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam pemilihan ARO yang tepat untuk situasi tertentu. Besarnya ARO tergantung dengan keekstensifan rencana auditor untuk mengurangi tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan. ARO dipengaruhi planned assessed level of control risk atau tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan yang direncanakan, ARO mempunyai hubungan searah dengan planned assessed level of control risk.Semakin tinggi Planned assessed level of control risk, semakin tinggi ARO.
Apabila penilaian aspek kuantitatif dan kualitatif atas hasil sampel mendukung kesimpulan bahwa ada penyimpangan pengendalian, maka auditor harus menggunakan pertimbangan profesional untuk menentukan tindakan yang tepat. Jika auditor menyimpulkan bahwa hasil sampel tidak mendukung tingkat risiko pengendallian yang direncanakan atas suatu asersi, maka dia harus mennilai kembali sifat, waktu, dan luas prosedur pengujian substantive.
Perlu dibedakan antara TDR dan ARO yang dipilih auditor sebelum tes dilakukan, dengan UDL, dan ARO hasil perhitungan secara obyektif berdasarkan sampel. TDR dan ARO yang dipilih auditor sebelum tes dilakukan, merupakan TDR dan ARO standar. Sebelum populasi dapat diterima, UPL harus lebih kecil atau sama dengan TDR. Apabila UDL harus lebih besar daripada TDR, maka auditor  dapat melakukan empat alternative tindakan berikut :
1.      Merevisi TDR atau ARO. Langkah ini diambil apabila auditor berkesimpulan bahwa spesifikasi sebelumnya terlalu konservatif.
2.      Menambah ukuran atau jumlah sampel. Apabila sampel ternyata tidak representative, maka auditor dapat menambah sampel dan mengevaluasi kembali hasilnya. Peningkatan jumlah sampel dan mengevaluasi kembali hasilnya. Peningkatan jumlah sampel akan mengurangi UDL sehingga terjadi penuruna risiko sampling.
3.      Menambah prosedur pengujian substantive.
4.      Memberitahu manajemen mengenai masalah struktur pengendalian intern. Apabila auditor menilai bahwa struktur pengendalian intern tidak berjalan secara efektif, maka auditor perlu menginformasi hal inni kepada manajemen.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk mengestimasi tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan, yang meliputi :
a.       Tingkat penyimpangan sampel yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya terhadap klien yang sama, disesuaikan dengan mempertimbangkan perubahan efektivitas pengendalian tahun berjalan.
b.      Estimasi yang dilakukan berdasarkan tingkat resiko yang ditentukan berdasarkan bukti efektifitas operasi prosedur dan kebijakan pengendalian tahun berjalan.
c.       Auditor menghimpun sampel kecil terlebih dahulu, kemudian berdasarkan nilai audit item sampel ini, auditor auditor mengestimasi standar deviasi populasi.
Dalam melakukan evaluasi atas sampling atribut, auditor harus :
a.       Menghitung tingkat penyimpangan sampel
b.      Menentukan batas penyimpangan sampel
c.       Menentukan cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling

H.    SAMPEL DENGAN TUJUAN GANDA
Auditor dalam situasi tertentu, dapat merancang sampel yang memenuhi dua tujuan sekaligus, yaitu :
a.       Menentukan risiko pengendalian
b.      Menguji kebenaran jumlah moneter ransaksi yang dicatat
Untuk melakukan hal itu, auditor biasanya telah membuat estimasi pendahuluan bahwa terdapat tingkat risiko yang rendah bahwa penyimpangan dari procedure atau kebijakan struktur pengendalian intern yang ditetapkan dalam populasi, akan melebihi tingkat penyimpangan yang dapat diterima.
Ukuran sampel yang dirancang harus merupakan yang terbesar diantara ukuran-ukuran sampel yang dirancang untuk masing-masing tujuab terpisah. Penilaian untuk setiap tujuan harus dilakukan secara terpisah dengan menggunakan tingkat risiko yang sesuai untuk masing-masing tujuan pengujian.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
      Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.Dilakukanya sampling audit adalah agar sampel yang diperoleh representatif, yakni sampel yang mempunyai karakteristik yang sama dengan populasi. Sampel haruslah mengandung stabilitas yang berarti apabila jumlah sampel ditambah hasilnya tidak berubah.
      Sampling audit berkaitan erat dengan ketidakpastian. Auditor menerima ketidakpastian atas dasar adanya hubungan antara faktor-faktor biaya dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakaan pemeriksaan atas semua data, dengan konsekuensi negative akibat kesalahan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan yang dihasilka dari audit terhadap data sampel semata. Ketidakpastian meliputi ketidakpastian yang disebabkan langsung oleh penggunaan sampling (risiko sampling), dan ketidakpastian yang disebabakan faktor lain selain sampling (risiko non sampling).
      Risiko sampling berkaitan dengan kemungkinan bahwa sampel yang diambil bukanlah sampel yang representative. Risiko ini dibedakan atas risiko sampling dalam pengujian substantif atas detail. Dan risiko sampling dalam melaksanak pengujian pengendalian. Bila dalam pengujian substantive risiko sampling meliputi risiko keleru menerima (risiko beta), dan risiko keliru menolak (risiko alpha), maka dalam pengujian risiko sampling meliputi risiko penentuan tingkat risiko pengendalian terlalu tinggi.
      Risiko non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan sampling. Risiko ini tidak akan pernah di ukur secara matematis, karena timbul akibat hal-hal seperti kesalahan manusia, salah interprestasi dan lain sebagainya.
      Dalam sampling audit terdapat dua pendekatan yaitu sampling statistik, dan sampling non statistik. Sampling statistiklebih banyak biayanya daripada sampling non statistik, namun manfaaatnya lebih tinggi daripada sampling non statistik. Ada dua teknik: sampling statistik yakni attribute sampling dan variable sampling. Attribute sampling digunakan untuk pengujian pengendalian, dan variable sampling digunakan untuk pengujian substantive. Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel berdasarkan kriteria subyektif. Demikian pula evaluasinya juga berdasarkan kriteria subyektif.
      Variable sampling digunakan untuk memperkirakan saldo akun dan mengusulkan penyesuaian saldo akun agar sesuai dengan hasil estimasi statistik. Ada tiga tehnik dalam variable sampling yakni mean per unit, different estimation, dan sampling estimasi rasio. Attribute sampling digunakan untuk memperkirakan tingkat deviasiatau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan dalam populasi. Dalam merancang sampel dalam keadaan tertentu auditor dapat merancang dua jenis tujuan sekaligus, yaitu menentukan risiko pengendalian dan menguji kebenaran jumlah moneter transaksi yang dicatat. Hal ini dikenal dengan istilah sampel dengan tujuan ganda.

2 komentar: